HealthcareUpdate News

Jantung, Kanker, Stroke: Penyakit Penyerap Dana Terbesar BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan mencatat lonjakan pembiayaan penyakit katastropik, dengan jantung, kanker, dan stroke sebagai penyerap dana terbesar sepanjang 2024.

Di tengah upaya transformasi layanan kesehatan nasional, BPJS Kesehatan menghadapi tantangan besar: lonjakan pembiayaan untuk penyakit katastropik yang terus menguras anggaran. Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof. Ali Ghufron Mukti, mengungkapkan bahwa pada tahun 2024, beban pembiayaan untuk penyakit-penyakit berat ini mencapai sekitar Rp 37 triliun.

“Penyakit jantung masih menjadi yang paling tinggi, diikuti oleh kanker dan stroke,” ujar Prof. Ghufron saat ditemui di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ia menambahkan bahwa penyakit ginjal, termasuk cuci darah dan gagal ginjal, juga menyumbang angka pembiayaan yang signifikan.

Data BPJS Kesehatan menunjukkan bahwa penyakit jantung mencatat 22,5 juta kasus dengan pengeluaran Rp 19,25 triliun. Kanker menyusul dengan 4,2 juta kasus dan biaya Rp 6,49 triliun, sementara stroke menyumbang 3,8 juta kasus dengan pengeluaran Rp 5,82 triliun.

Yang menarik, kelompok lanjut usia (lansia) menjadi penyumbang terbesar dalam jumlah pasien. “Jumlah lansia yang menjadi peserta aktif BPJS Kesehatan saat ini sekitar 28 juta orang, dan akan terus bertambah. Seiring bertambahnya usia, risiko penyakit pun meningkat,” jelas Ghufron.

Untuk mengantisipasi lonjakan biaya di masa depan, BPJS Kesehatan telah mengembangkan program skrining dan edukasi pola hidup sehat. “Kami ingin masyarakat lebih sadar sejak dini. Pemeriksaan rutin dan gaya hidup sehat bisa mencegah penyakit katastropik yang mahal dan kompleks,” tambahnya.

Selain tiga penyakit utama, daftar penyakit berbiaya tinggi lainnya mencakup gagal ginjal (Rp 2,76 triliun), haemophilia (Rp 1,11 triliun), thalassaemia (Rp 794 miliar), leukemia (Rp 599 miliar), dan sirosis hepatis (Rp 463 miliar). Semua penyakit ini membutuhkan penanganan jangka panjang dan teknologi medis yang tidak murah.

Read More  Kecelakaan Kerja di Indonesia 2025 Meningkat Tajam

Prof. Ghufron menekankan bahwa tantangan pembiayaan ini bukan hanya soal angka, tetapi juga soal keberlanjutan sistem jaminan sosial. “Kami terus berinovasi dalam sistem rujukan, digitalisasi layanan, dan penguatan promotif preventif. Tujuannya agar BPJS Kesehatan tetap mampu melayani seluruh rakyat Indonesia dengan kualitas yang terjaga.”

Dengan populasi yang menua dan gaya hidup yang belum sepenuhnya sehat, tantangan pembiayaan kesehatan akan terus meningkat. Namun, dengan strategi yang tepat dan kolaborasi lintas sektor, BPJS Kesehatan optimis bisa menjaga keberlanjutan layanan dan mendorong masyarakat menuju hidup yang lebih sehat dan produktif.

Back to top button